Duku Komering (Riwayatmu Kini)
Duku Komering (ist) ANDA pasti pernah makan duku Palembang. Di beberapa daerah di Sumatera Selatan banyak daerah penghasil duku. Sala...
https://komeringku.blogspot.com/2012/02/duku-komering-riwayatmu-kini.html
![]() |
Duku Komering (ist) |
ANDA pasti pernah makan duku Palembang. Di beberapa daerah di Sumatera Selatan banyak daerah penghasil duku. Salah satu yang paling terkenal adalah duku Komering.
Billa anda jalan-jalan ke Palembang disaat musim duku, hampir setiap ruas jalan utama di sana, akan terdapat banyak orang berjualan duku bertuliskan 'Duku Komering'.
Ada juga yang dari luar Palembang atau luar pulau Sumatera, mengenalnya dengan nama 'Duku Palembang'.
Tulisan ini berdasarkan apa yang penulis dengar dan mencoba menarik kesimpulan dari berbagai sumber termasuk orang tua penulis sendiri.
Tahun 70-an sampai awal tahun 2000-an bisa dikatakan 'tahun emas' bagi daerah Komering, sebagai salah satu daerah yang mampu memberikan sumbangan pendapatan bagi Sumatera Selatan.
Itu karena daerah komering yang memiliki karakteristik tanah yang subur, sehingga persawahan dapat menghasilkan panen yang melimpah, termasuk juga perkebunan.
Ada beberapa hasil yang bisa ditawarkan ke luar Sumatera Selatan seperti pisang, durian, manggis, mangga serta duku.
Walaupun sepanjang daerah Komering berbeda-beda waktu panen buah tersebut, tapi dari hasil panen tersebut dapat sedikit banyak meningkatkan pendapatan keluarga-keluarga yang ada di daerah Komering.
Walaupun sepanjang daerah Komering berbeda-beda waktu panen buah tersebut, tapi dari hasil panen tersebut dapat sedikit banyak meningkatkan pendapatan keluarga-keluarga yang ada di daerah Komering.
Mengapa penulis menyebut tahun-tahun tersebut sebagai 'masa keemasan'?
Karena sesuai dengan karakteristik awal masyarakat Komering yang sejak dahulu (sejak zaman penjajahan) sebagai masyarakat bertani dan berkebun, terbukti dari usia-usia pohon duku dan durian di daerah sana yang hampir seusia kakek nenek, bahkan lebih tua dari mereka.
Karena sesuai dengan karakteristik awal masyarakat Komering yang sejak dahulu (sejak zaman penjajahan) sebagai masyarakat bertani dan berkebun, terbukti dari usia-usia pohon duku dan durian di daerah sana yang hampir seusia kakek nenek, bahkan lebih tua dari mereka.
Inilah salah satu sebab positif mengapa duku Komering memiliki perbedaan dari duku daerah lain.
Suburnya tanah yang ada di sana dijadikan modal utama pendapatan keluarga, yang secara otomatis membawa perubahan kehidupan bagi pemilik tanah dan perkebunan buah di sana.
Suburnya tanah yang ada di sana dijadikan modal utama pendapatan keluarga, yang secara otomatis membawa perubahan kehidupan bagi pemilik tanah dan perkebunan buah di sana.
Tahun-tahun yang sulit bagi pemilik perkebunan di Komering bisa dikatakan saat iklim berubah drastis seperti sekarang ini.
Di awal isu global warming, sangat mempengaruhi hasil panen duku yang mengalami penurunan drastis dari tahun-tahun sebelumnya.
Mata pencaharian keluarga pun mulai berubah menjadi pedagang dan lainnya, termasuk merantau.
Di awal isu global warming, sangat mempengaruhi hasil panen duku yang mengalami penurunan drastis dari tahun-tahun sebelumnya.
Mata pencaharian keluarga pun mulai berubah menjadi pedagang dan lainnya, termasuk merantau.
Bila dulu orang ingin membangun rumah atau memiliki kendaraan, baru bisa dikatakan itu adalah hasil dari panen termasuk panen duku.
Kondisi tersebut ikut diperparah dengan perluasan lahan kelapa sawit, dari berbagai sumber di daerah hulu Komering.
Ada beberapa lokasi sudah berubah fungsi, yang dulunya perkebunan duku dan durian, sekarang menjadi perkebunan kelapa sawit.
Hal ini bisa berakibat meluas dan duku Komering hanya akan tinggal cerita bagi anak dan cucu kita nantinya.
Kondisi tersebut ikut diperparah dengan perluasan lahan kelapa sawit, dari berbagai sumber di daerah hulu Komering.
Ada beberapa lokasi sudah berubah fungsi, yang dulunya perkebunan duku dan durian, sekarang menjadi perkebunan kelapa sawit.
Hal ini bisa berakibat meluas dan duku Komering hanya akan tinggal cerita bagi anak dan cucu kita nantinya.
Peran lembaga adat pun tidak bisa berbuat banyak, mengingat kepemilikan perkebunan tersebut secara individu, sehingga segala keputusan pun tergantung pemilik.
Tetapi, bila ini hanya dijadikan 'tontonan', tidak adanya upaya resmi yang mengikat dan melindungi, tidak menutup kemungkinan akan selesai juga.
Tetapi, bila ini hanya dijadikan 'tontonan', tidak adanya upaya resmi yang mengikat dan melindungi, tidak menutup kemungkinan akan selesai juga.
Peran lembaga pemerintah daerah pun tidak terlalu signifikan. Padahal bila ada, hal seperti ini tidak perlu terjadi.
Bisa saja dengan turun tangannya pemerintah daerah sebagai sarana penyediaan lapangan kerja bagi penduduk di daerah tersebut, untuk para pemilik perkebunan guna memberikan perlindungan maupun sarana yang berfungsi sebagai reward n punishment.
Sehingga apapun yang menjadi ciri khas daerah tidak hilang dan juga sebagai upaya pemerintah melestarikan ciri khas daerahnya.
Bisa saja dengan turun tangannya pemerintah daerah sebagai sarana penyediaan lapangan kerja bagi penduduk di daerah tersebut, untuk para pemilik perkebunan guna memberikan perlindungan maupun sarana yang berfungsi sebagai reward n punishment.
Sehingga apapun yang menjadi ciri khas daerah tidak hilang dan juga sebagai upaya pemerintah melestarikan ciri khas daerahnya.
Bayangkan bila peran pemerintah daerah dan lembaga adat yang ada, dapat secara langsung memberikan kontribusi kepada daerahnya masing-masing, tidak menutup kemungkinan adanya keberhasilan dalam segala sektor pembangunan.
sumber: komering-rantau